Rabu, 08 Juni 2011

DASAR-DASAR PERENCANAAN KEUANGAN

Setiap orang memiliki cita-cita dalam hidupnya. Ada yang ingin menikah di usia tertentu, ada yang ingin membeli rumah, ada yang ingin membeli mobil, ada yang ingin mempersiapkan sekolah bagi putra-putrinya dan ada pula yang ingin hidup mapan di usia pensiun. Namun keinginan tersebut tidak mudah untuk dicapai, apalagi bila mempertimbangkan kenyataan yang ada dimana laju kenaikan biaya hidup tidak sebanding dengan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Untuk itu setiap orang harus memiliki suatu perencanaan keuangan dalam hidupnya dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakannya.

A.     Definisi

Yang dimaksud dengan perencanaan keuangan (Financial Planning) adalah proses untuk merencanakan dan mengelola keuangan pribadi/keluarga dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakannya. Orang yang berprofesi dalam bidang perencanaan keuangan ini dikenal dengan sebutan perencana keuangan (financial planner). Tugas dari seorang perencana keuangan adalah membantu mewujudkan mimpi/cita-cita dari klien yang dibantunya dengan mengelola dan mengalokasikan dana pada investasi-investasi yang produktif. Pada dasarnya semua orang dapat menjadi perencana keuangan baik bagi dirinya sendiri ataupun menjalankannya sebagai profesi untuk membantu orang lain. Untuk dapat membuat suatu perencanaan keuangan maka dibutuhkan keahlian utama dalam bidang keuangan. 
Di beberapa negara yang telah maju, untuk dapat berprofesi sebagai seorang perencana keuangan maka disyaratkan bahwa orang tersebut telah memperoleh sertifikasi dari asosiasi perencana keuangan. Ada beberapa asosiasi yang cukup kredibel dalam memberikan sertifikasi ini beberapa diantaranya adalah The Financial Planning Association (FPA) yang mengeluarkan gelar profesi Certified Financial Planner (CFPÃ’); The American Colleges yang menerbitkan gelar profesi Chartered Financial Consultant (ChFC) dan Chartered Life Underwriter (CLU); dan The International Association of Registered Financial Planners (IARFC) yang menerbitkan gelar profesi Registered Financial Consultant (RFC). Untuk dapat memperoleh gelar profesi tersebut maka seorang calon perencana keuangan diwajibkan untuk mengikuti pendidikan pada masing-masing organisasi.

B.     Kebutuhan Vs Keinginan

Seorang perencana keuangan harus dapat menjelaskan kepada kliennya mengenai perbedaan utama antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan merupakan sesuatu yang mendasar dan tidak dapat ditinggalkan. Sedangkan keinginan lebih bersifat pemuasan semata yang dapat digantikan dengan alternatif lainnya. Sebagai contoh: saat ini seseorang sedang lapar, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka ia dapat mengkonsumsi nasi, roti ataupun makanan lainnya. Dari sini terlihat bahwa yang menjadi kebutuhan orang tersebut adalah menghilangkan rasa lapar, sedangkan yang menjadi keinginan adalah alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang bisa berupa mengkonsumsi nasi, roti ataupun lainnya. Contoh lainnya adalah kebutuhan transportasi. Sarana transportasi merupakan suatu yang mutlak untuk dapat terjadinya pemindahan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain. Namun untuk keperluan transportasi tersebut seseorang dapat memilih untuk menggunakan mobil kijang, mobil BMW ataupun sepeda motor yang disesuaikan dengan anggaran yang dimilikinya. Disini terlihat bahwa kebutuhannya adalah sarana transportasi, sedangkan keinginannya bisa berupa mobil ataupun sepeda motor. Jadi kebutuhan bersifat mendasar, sedangkan keinginan lebih bersifat sekunder.
Seorang perencana keuangan -baik itu untuk keperluan perencanaan pribadi atau bertindak sebagai konsultan- harus dapat menjadikan dirinya/kliennya seorang yang mapan secara keuangan. Ada perbedaan antara seorang yang mapan dengan mereka yang kaya. Orang kaya adalah orang yang memiliki berbagai macam aset dalam jumlah besar melebihi apa yang dibutuhkannya. Sedangkan seorang yang mapan secara keuangan dapat diartikan bahwa orang tersebut memiliki asset dalam jumlah yang terbatas namun ia mampu memenuhi semua kebutuhannya. Untuk itu menjadikan diri sendiri/kliennya menjadi seorang yang mapan secara keuangan adalah tuntutan yang sangat mendasar. Untuk dapat menjadi seorang yang mapan secara keuangan, maka orang tersebut harus dapat memilah-milah mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan belaka. Setelah dilakukan pemilahan maka selanjutnya dibuat prioritas mana yang harus didahulukan dan mana yang bias untuk ditunda.

C.     Mengapa Perlu Perencanaan Keuangan dan Perencana Keuangan?

Tidak ada sesuatu yang pasti, selain ketidakpastian itu sendiri. Peribahasa ini sangat tepat untuk dijadikan latar belakang mengapa setiap orang membutuhkan perencanaan keuangan dalam rangka mencapai taraf mapan secara keuangan?
Ada beberapa alasan yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan mengapa kita membutuhkan perencanaan keuangan, yaitu:
1.       Untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari risiko finansial
Saat seseorang masih muda dan sehat, maka waktu itu merupakan saat-saat yang tepat dalam rangka mengakumulasi asset untuk kebutuhan masa depan. Seiring dengan bertambahnya umur, maka kita dihadapi pada suatu kenyataan dimana fisik semakin lemah sehingga tidak mampu bekerja secara produktif, mudah sakit-sakitan dan bahkan menghadapi kematian. Untuk melindungi kebutuhan diri sendiri ataupun keluarga dari kemungkinan di atas, maka dibutuhkan suatu perencanaan keuangan. Semakin dini usia kita dalam membuat perencanaan keuangan baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga, maka akan memberikan dampak yang lebih baik daripada menunda dalam membuat perencanaan keuangan.
2.       Karena kita berharap untuk hidup selama-lamanya
Pada dasarnya setiap manusia ingin hidup lebih lama lagi. Seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap kesehatan dan sejalan dengan kemajuan teknologi kedokteran maka saat ini harapan hidup manusia (life expectancy) semakin tinggi. Semakin tinggi harapan hidup manusia, maka semakin dibutuhkan suatu perencanaan keuangan agar diusia senja nanti kita tetap dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan kita. Padahal secara alamiah maka kemampuan untuk menghasilkan pendapatan pada saat usia senja semakin berkurang bahkan dapat dikatakan tidak mampu. Di sisi lain, pengeluaran kita di masa depan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya inflasi yang terjadi.  Untuk itu perencanaan keuangan yang baik akan mampu menopang kebutuhan kita di usia senja.
3.       Untuk membiayai kebutuhan anak
Anak merupakan anugerah terindah dalam kehidupan suatu keluarga. Ketika suatu keluarga memiliki anak, maka sudah tentu akan muncul biaya-biaya yang terkait dengan kebutuhan anak tersebut dimana salah satu yang terpenting adalah biaya yang terkait dengan pendidikan. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi orang tua untuk memberikan bekal pendidikan bagi anaknya untuk dapat hidup mandiri. Namun biaya pendidikan saat ini terus melambung tinggi, sehingga biaya pendidikan menjadi salah satu prioritas utama dalam kita membuat perencanaan keuangan. Untuk dapat membekali putera-puteri dengan pendidikan yang baik, maka sudah seharusnya dilakukan perencanaan keuangan sejak dini terhadap pendidikan anak kita.

Setelah memahami mengapa kita membutuhkan perencanaan keuangan, maka selanjutnya yang menjadi pertanyaan apakah perencanaan keuangan itu dapat dilakukan sendiri atau dengan menggunakan perencana keuangan? Pada dasarnya setiap orang dapat membuat perencanaan keuangannya sendiri. Namun untuk dapat membuat perencanaan keuangan yang tepat, maka dibutuhkan penguasaan ilmu Manajemen keuangan. Yang menjadi masalah adalah tidak semua orang menguasai Manajemen keuangan, apalagi ditambah dengan kondisi pasar uang dan pasar modal yang cepat berubah dengan disertai berbagai variasi produk-produk investasi maka untuk itu dibutuhkan bantuan nasihat dari seorang perencana keuangan. Disamping itu mungkin saja terdapat orang yang memahami tentang Manajemen keuangan namun waktu yang tersedia untuk mengelola asetnya sendiri adalah terbatas, sehingga dibutuhkan peranan seorang perencana keuangan.

D.     Proses Perencanaan Keuangan

Setelah memahami pentingnya suatu perencanaan keuangan maka dibawah ini disajikan proses perencanaan keuangan.




Gambar 1.1.
Proses Perencanaan Keuangan
Dari gambar 1.1. dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, yang harus dilakukan apabila kita membuat perencanaan keuangan secara mandiri adalah mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan, setelah itu membuat skala prioritas dari kebutuhan dan keinginan tersebut. Setiap orang akan memiliki skala prioritas yang berbeda-beda. Setelah membuat skala prioritas maka tentukan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka pendek, menengah ataupun panjang. Lazimnya yang digolongkan dalam Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang akan dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun. Tujuan jangka menengah melibatkan horizon waktu antara satu hingga lima tahun, sedangkan tujuan jangka panjang biasanya akan dicapai lebih dari lima tahun.
Setelah menentukan tujuan yang hendak dicapai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis kondisi keuangan saat ini. Untuk itu dapat melakukan analisis maka hal ini dibantu dengan memperhatikan neraca dan arus kas pribadi/keluarga. Dari sini akan dapat terlihat apakah pengeluaran lebih besar atau lebih kecil dari pemasukan yang kita terima. Apabila pengeluaran melebihi atau mendekati besarnya pemasukan maka dapat dilakukan dua alternatif yakni memperbesar pemasukan atau menekan pengeluaran. Pada tahap analisis ini maka hasil akhir yang akan diperoleh adalah besaran uang yang harus kita tabung setiap tahunnya untuk mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan di atas.
Setelah mengetahui besarnya dana yang harus disisihkan tiap bulannya, maka langkah selanjutnya adalah mencari alternatif investasi yang dapat memberikan hasil sesuai dengan yang kita harapkan. Alternative investasi dapat kita lakukan baik di pasar uang, pasar modal ataupun dalam bentuk asset riil. Setelah mengalokasikan dana pada alternative investasi tersebut, maka secara periodic harus dilakukan review terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Review ini bermanfaat untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah sesuai dengan yang kita rencanakan, apabila tidak sesuai maka dilakukan koreksi terhadap aktivitas yang telah dilakukan.

Gambar 1.1. menunjukkan proses perencanaan keuangan yang dilakukan secara mandiri. Selanjutnya pada gambar 1.2. adalah bagaimana proses kerja bila kita ingin menjadi seorang perencana keuangan yang professional.





Gambar 1.2.
Proses Kerja Perencana Keuangan

Proses kerja tersebut dibagi menjadi lima tahapan yakni:
1.       Tahapan Discovery
Profesi Perencana Keuangan menuntut kita untuk memiliki jaringan yang luas. Pada tahap ini merupakan tahap awal kita untuk dapat memperoleh kenalan dan melakukan pendekatan. Pada setiap perkenalan ini diharapkan seorang perencana keuangan yang profesional dapat menumbuhkan kesadaran pada diri calon klien mengenai arti penting perencanaan keuangan bagi klien ataupun keluarganya.. Dengan timbulnya kesadaran diharapkan muncul pula kebutuhan akan perencanaan keuangan dalam diri calon klien. Pada tahap ini, perencana keuangan harus dapat mengeskplorasi mimpi-mimpi dan tujuan dari calon klien-nya. Setelah calon klien tertarik maka dilanjutkan pada tahap kedua. Perlu diingat bahwa tahapan pertama ini sangat penting dalam rangka membina hubungan lebih lanjut dengan klien dan dalam rangka memperluas jaringan kita, sehingga sikap profesional harus sudah ditunjukkan mulai dari tahap awal ini.
2.       Tahapan Profile
Setelah calon klien menyatakan bersedia untuk menjadi klien kita, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan profil individu dari klien. Tahap ini dilakukan dengan cara menginterview klien dalam rangka memperoleh gambaran mengenai preferensi risiko klien, tujuan klien baik jangka pendek, menengah maupun panjang, dan menentukan prioritas mana yang akan dicapai terlebih dahulu. Pada saat ini, kita harus dapat memperoleh data-data keuangan klien. Untuk dapat memperoleh data-data yang valid maka yakinkan pada klien bahwa semua informasi yang disampaikan akan bersifat rahasia.
3.       Tahapan Strategy
Setelah mengetahui profil dari klien, maka pada tahap ini akan dimulai analisis keuangan dari klien. Analisis dimulai dengan melihat pada arus kas dan neraca keuangan klien. Setelah mengetahui kondisi arus kas klien, maka dilakukan analisis tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh klien kita. Pada tahap ini dengan tetap berkomunikasi dengan klien, kita mulai mengembangkan strategi alternatif investasi.
4.       Tahapan Implementasi
Setelah mengembangkan strategi investasi, maka proposal perencanaan keuangan klien diberikan kepada klien. Didalam proposal harus dimuat skedul implementasi agar dapat membantu klien dalam mengalokasikan asetnya. Perlu dicatat bahwa seorang perencana keuangan tidak diperkenankan untuk memberikan jaminan atas strategi investasi yang diberikan, mengingat setiap investasi memiliki risiko yang berbeda-beda. 
5.       Tahapan Review
Setelah proposal perencanaan keuangan klien diberikan maka perencana keuangan harus ikut membantu memonitor pelaksanaan implementasi. Dianjurkan agar perencana keuangan melakukan review secara periodik untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan terhadap rencana yang telah diberikan. Patut diingat bahwa penentuan alokasi aset tetap merupakan hak individual dari klien, sehingga dalam proposal perencanaan keuangan yang kita berikan kepada klien selayaknya diberikan beberapa alternatif investasi.

E.     Kapan Perencanaan Keuangan Dilakukan?

Setiap kali kita berusaha untuk berinvestasi untuk kepentingan masa depan maka kita akan dihadapkan pada kendala-kendala. Pada dasarnya musuh utama untuk berinvestasi guna kepentingan masa depan adalah diri kita sendiri utamanya adalah kebiasaan untuk menunda segala sesuatu.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa kita sering kali menunda pelaksanaan perencanaan keuangan dengan mengatakan bahwa saya akan memulainya besok hari. Ketika hari berlalu dan berganti hari, kita pun masih belum melakukan perencanaan keuangan. Banyak alasan yang diberikan untuk melakukan pembenaran sebagai contoh yang sering menjadi alasan adalah dengan menyatakan bahwa penerimaan bulanannya masih terbatas guna menutupi kebutuhan saat ini, sehingga tidak mungkin bagi dirinya melakukan investasi untuk masa depan. Alasan lainnya yang cukup sering didengar adalah dengan menyatakan bahwa dirinya masih relatif muda, berstatus single dan tidak perlu memikirkan masa depan. Kedua contoh alasan penundaan memulai perencanaan keuangan ini tidak dapat dibenarkan.
Pada alasan pertama yang menyatakan bahwa tidak tersedia dana untuk kebutuhan investasi, hal ini sangat tidak dapat dibenarkan. Pada masa ini pemikiran tentang sumber dana investasi adalah merupakan selisih dari penerimaan bulanan dikurangi dengan pengeluaran terlebih dahulu, sehingga dari sisanya baru dimasukan dalam investasi merupakan pemikiran yang sudah tidak relevan lagi. Seharusnya begitu kita menerima pendapatan bulanan, maka yang dilakukan pertama kali adalah menyisihkannya untuk investasi guna memenuhi kebutuhan masa depan, kemudian sisanya baru dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Hal ini dapat terlihat jelas pada gambar 1.3 dibawah ini.





Gambar 1.3. Perbedaan Pola Pikir Investasi

Pada alasan kedua yang menunda untuk melakukan perencanaan keuangan dengan menyatakan masih relatif muda dan status single, juga tidak dapat dibenarkan. Bila kelak mereka menikah, maka mereka membutuhkan tempat tinggal yang berarti dibutuhkan dana dalam jumlah besar untuk dapat membeli rumah tersebut. Setelah itu, mereka akan memiliki anak yang berarti akan ada pengeluaran baik untuk biaya melahirkan, kebutuhan sehari-hari anak hingga biaya pendidikan. Sehingga penundaan untuk melakukan perencanaan keuangan justru akan berdampak buruk terhadap masa depannya.
Selanjutnya, dibawah ini disajikan contoh perhitungan bila kita memulai investasi sejak dini. Suatu contoh bila ada dua orang yang berumur sama 25 tahun, dimana yang satu kita sebut saja Amir melakukan investasi mulai umur 25 tahun dan berhenti investasi pada umur 30 tahun, sedangkan yang satu kita sebut Badu memulai investasi dalam umur 30 tahun hingga usia 50 tahun. Diasumsikan kedua orang tersebut menabung tiap bulannya Rp. 100.000 dengan tingkat hasil  investasi adalah 20% pertahun (bunga majemuk) maka besarnya investasi dan hasil investasi untuk Amir dan Badu di atas adalah:
Umur
Amir
Badu
25
100.000/bln

26
100.000/bln

27
100.000/bln

28
100.000/bln

29
100.000/bln

30
100.000/bln
100.000/bln
31

100.000/bln
32

100.000/bln
33

100.000/bln
34

100.000/bln
35

100.000/bln
36

100.000/bln
37

100.000/bln
38

100.000/bln
39

100.000/bln
40

100.000/bln
41

100.000/bln
42

100.000/bln
43

100.000/bln
44

100.000/bln
45

100.000/bln
46

100.000/bln
47

100.000/bln
48

100.000/bln
49

100.000/bln
50

100.000/bln
Total  Dana yang Disisihkan tiap bulannya
7.200.000
25.200.000
Total Hasil Investasi di tahun ke-50
526.170.207
380.504.519
Untuk Amir total dana yang disisihkan tiap bulannya mulai dari umur 25 tahun hingga 30 tahun adalah Rp. 7.200.000,- (6 tahun x 12 bulan x 100.000). bila tingkat hasil investasinya adalah 20%, maka di usia awal 31 tahun Amir akan memiliki dana sebesar Rp. 13.724.652. Diperoleh dari:
Nilai Investasi yang akan datang = Nilai investasi tiap tahun x {( 1 + r )n – 1}/r
Dimana
r adalah tingkat hasil investasi
n adalah periode waktu investasi

Bila investasi dilakukan tiap bulan maka rumusan diatas akan berubah menjadi:
Nilai yang akan datang   = Investasi tiap bulan x {( 1 + r/12 )n.12 – 1}/ ( r /12 )
                                          = 100.000 x {( 1 + 0.20/12)6x12 – 1} / (0.20/12)
                                          = 100.000 x {2,28744195} / (0,01666667)
                                          = 13.724.652
Dari dana yang ada tersebut, kemudian Amir menabungnya terus hingga usia 50 tahun akan diperoleh hasil investasi Rp.526.170.207. Diperoleh dari :
Nilai Investasi yang akan datang = Investasi saat ini x ( 1 + r )n
  = 13.724.652. (1 +  0,20)20
                                               = 526.170.207

Sedangkan Badu baru memulai menabung diusia awal 30 tahun hingga usianya mencapai 50 tahun. Besarnya dana yang disisihkan secara bulanan oleh Badu adalah Rp.25.200.000 (21 tahun x 12 bulan x 100.000). dengan tingkat hasil yang sama dengan Amir, maka total hasil investasi yang diperoleh ketika Badu memasuki usia 51 tahun adalah Rp.380.504.519. Hasil ini diperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Nilai yang akan datang     = Investasi tiap bulan x {( 1 + r/12 )n.12 – 1}/ ( r /12 )
                                          = 100.000 x {( 1 + 0.20/12)21x12 – 1} / (0.20/12)
                                          = 100.000 x {63,41742} / (0,01666667)
                                          = 380.504.519

Contoh di atas menunjukkan biaya sehubungan dengan penundaan melakukan perencanaan keuangan. Dimana Amir dengan total investasi 7.200.000 memperoleh hasil investasi sebesar 526.170.207, sedangkan Badu dengan total investasi yang lebih besar yakni 25.200.000 hanya memperoleh dana 380.504.519.
Dari contoh di atas, maka dapat dilihat bahwa semakin lama kita menunda untuk melakukan investasi maka semakin besar biaya yang akan kita keluarkan. Untuk itu segeralah membuat perencanaan keuangan anda.

1 komentar:

  1. maaf mau tanya, untuk materi ii, buku apa yg bisa saya baca ya? terima kasih

    BalasHapus