Kamis, 09 Juni 2011

ANALISIS ARUS KAS


Setelah memahami proses membuat neraca keuangan keluarga maka tahapan penting selanjutnya adalah mendeteksi arus kas keluarga baik penerimaan maupun pengeluaran yang telah dilakukan selama ini. Setelah memahami kondisi arus kas saat ini, maka perlu dilakukan analisis apakah arus kas tersebut sudah cukup positif untuk mendukung tujuan di masa yang akan dating atau belum. Pada bagian ini akan dibahas mulai dari penerimaan, pengeluaran yang bersifat regular dan variable, kemudian ditindaklanjuti dengan analisis rasio sederhana.
1.      Arus Kas Masuk
Penerimaan keuangan yang diperoleh suatu keluarga atau juga biasa disebut dengan arus kas masuk dapat bersumber dari: gaji pokok, bonus, komisi, keuntungan usaha, bunga deposito, deviden ataupun pendapatan lain seperti royalty dari menulis buku. Adapun pihak yang memberikan kontribusi dalam arus kas masuk ini bias bersumber dari penghasilan suami ataupun istri. Gaji pokok, bonus ataupun komisi biasanya bersumber dari perusahaan tempat merek bekerja. Untuk dapat meningkatkan penghasilannya maka perlu dilakukan usaha lain yang dapat memberikan keuntungan seperti membuka usaha, menempatkan dana dalam investasi ataupun dengan memperbanyak tulisan-tulisan sehingga dapat memberikan honor atau royalty yang dapat menambah arus kas masuk. Tentunya sudah menjadi suatu hal yang normative apabila arus kas masuk ini kita upayakan sebesar mungkin.
Yang perlu diingat apabila kita membuat analisis arus kas, maka harus diperhatikan konsistensinya. Yang dimaksud konsistensi disini adalah apabila kita menghitung arus kas masuk berdasarkan basis bulanan, maka arus kas keluarpun harus berdasarkan pada basis bulanan. Dalam hal arus kas masuk dan keluar adalah bersifat tahunan, maka untuk konsistensinya arus kas tersebut dibagi dengan 12 agar arus kas tersebut menjadi berbasis bulanan. Sebaliknya apabila kita akan melakukan analisis berbasis tahunan maka terhadap arus kas masuk dan bulan yang dilakukan tiap bulan harus dikalikan dengan 12 bulan agar menjadi basis yang sama yakni tahunan. Untuk kepentingan analisis maka direkomendasikan untuk mempergunakan basis tahunan akan jauh lebih efektif dan efisien.
2.      Arus Kas Keluar
Setelah mengidentifikasi sumber arus kas masuk maka tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi arus kas keluar. Hal pertama yang harus kita lakukan ketika menganalisis arus kas keluar adalah dengan terlebih dahulu membedakan antara pengeluaran yang bersifat rutin dengan pengeluaran yang bersifat variable.
A.    Pengeluaran Tetap
Pengeluaran tetap merupakan pengeluaran yang setiap keluarga akan hadapi setiap bulannya. Sudah tentu antara satu keluarga dengan keluarga lainnya terdapat perbedaan komposisi pengeluaran tetap. Pengeluaran tetap disini akan diklasifikasikan menjadi: Pengeluaran untuk makan harian, keperluan rumah tangga, biaya transportasi, kebutuhan anak, pengeluaran jasa kepada pihak lain, angsuran utang dan kewajiban yang bersifat tahunan.
B.     Pengeluaran Variabel
Pengeluaran variable merupakan pengeluaran yang sifatnya tidak rutin dimana yang termasuk klasifikasi ini adalah: pengeluaran yang bersifat social (membina hubungan baik dengan pihak lain), pengeluaran untuk keperluan pribadi dan pengeluaran lainnya.

3.      Analisis Rasio
Analisis Rasio dipergunakan untuk mengetahui besaran dari masing-masing komponen yang diukur. Untuk lebih jelasnya dihalaman berikut disajikan contoh arus kas suatu keluarga.


No.
Uraian
Personal
Pasangan
Total
Persentase

PENERIMAAN




1
Gaji
2,000,000
1,100,000
3,100,000 
83.8
2
Bonus
200,000
 100,000
300,000 
8.1
3
Komisi




4
Keuntungan Usaha




5
Bunga Deposito




6
Deviden




7
Lain-lain
300,000

300,000 
8.1

TOTAL PENERIMAAN
2,500,000
1,100,000
3,700,000
100







PENGELUARAN





PENGELUARAN TETAP




1
Biaya Makan Harian





A. Makan Keluarga
600,000

600,000 
16.7

B.  Makan di kantor




2
Biaya Rumah Tangga





A. Keperluan Rumah Tangga
500,000

500,000
13.9

B. Listrik
150,000

150,000
4.2

C. Air
50,000

50,000
1.4

D. Gas
40,000

40,000
1.0

E. Telpon Rumah
100,000

100,000
2.8

F. Handphone
75,000
75,000
150,000
4.2

G. Langganan Koran/Majalah
60,000

60,000
1.6

H. Biaya Pemeliharaan Rumah





I. Kontrak Rumah





J. Iuran RT/RW




3
Transportasi





A. Bensin
200,000
250,000
450,000 
12.5

B. Tol





C. Parkir
10,000 

10,000 
0.3

D. Biaya Pemeliharaan Kendaraan
100,000 

100,000 
2.8
4
Keperluan Anak





A. Susu





B. Keperluan Anak





C. Uang Sekolah
200,000 

200,000 
5.6

D. Antar Jemput
150,000 

150,000 
4.2

E. Uang Jajan
150,000 

150,000 
4.2

F. Kursus/Aktivitas Tambahan










5
Gaji / Jasa





A. Pembantu
350,000 

350,000 
9.7

B. Babysitter





C. Sopir





D. Keamanan




6
Cicilan Utang





A. Kartu Kredit





B. Angsuran Rumah





C. Angsuran Mobil/Motor




7
Pajak dan Kewajiban Tahunan





A. Pajak Kendaraan Bermotor
100,000 

100,000 
2.8

B. Pajak Bumi dan Bangunan
10,000 

10,000 
0.3

C. Premi Asuransi Jiwa
150,000 

150,000 
4.2

D. Premi Asuransi Kerugian Rumah
10,000 

10,000 
0.3

E. Premi Asuransi Kerugian Mobil











PENGELUARAN VARIABEL




1
Sosial





A. Arisan





B. Kado





C. Sumbangan





D. Bantuan pada Keluarga




2
Pribadi





A. Hobbi





B. Uang Saku





C. Member Fee





D. Kosmetik





E. Salon
10,000

10,000
0.3

F.Entertainment/Traktir Kolega




3
Lain-lain:





A. Rekreasi
200,000

200,000
5.6

B. Pengeluaran Pakaian





C. Kesehatan
50,000 

50,000 
1.4

D. Biaya Lain-lain





E. Biaya Tak Terduga











TOTAL PENGELUARAN
3,265,000
325,000
3,590,000
100

 SURPLUS   (DEFISIT)


110,000 




a.       Rasio pengeluaran tetap terhadap penerimaan bulanan
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara besarnya pengeluaran tetap (yang biasanya merupakan pengeluaran wajib bulanan) dengan penerimaan bulanan yang diterima oleh suatu keluarga. Sebagi contoh: dari arus kas yang ada pada suatu keluarga seperti yang tampak pada halaman 31-32 maka diketahui besarnya rasio pengeluaran tetap terhadap penerimaan bulanan adalah sebesar: 3.005.000 / 3.700.000 = 81,2 %. Hal ini berarti 81,2 % dari penerimaan yang diterima oleh keluarga tersebut akan habis dipergunakan untuk pengeluaran yang bersifat rutin/tetap. Untuk itu perlu dilakukan analisis pada komponen mana sebaiknya dilakukan penghematan. Bila ada suatu keluarga memiliki rasio pengeluaran tetap terhadap penerimaan bulanan sebesar 75%, maka ini berarti terdapat sejumlah dana sebesar 25% yang dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang bersifat temporer ataupun untuk diinvestasikan.
 
b.      Rasio pembayaran utang
Rasio pembayaran utang menggambarkan besarnya penerimaan bulanan yang harus dipergunakan untuk membayar utang/kredit. Secara matematis rasio ini dapat ditulis sebagai berikut:
Rasio Pembayaran Utang = pembayaran kredit tiap bulan
penerimaan bulanan
Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit peluang suatu keluarga untuk menyisihkan dananya dalam bentuk investasi. Hal ini disebabkan penerimaan bulanan akan habis dipergunakan untuk membayar utang dan untuk pengeluaran rutin. Untuk itu dianjurkan agar setiap keluarga yang menggunakan utang untuk keperluan yang bersifat konsumtif dan jangka pendek agar segera melunasi utang tersebut apabila memiliki kelebihan dana. Dari contoh kasus pada suatu keluarga yang terdapat pada halaman 31-32, keluarga ini tidak mempergunakan utang sehingga rasio ini akan memberikan hasil nol. Maksimum rasio pembayaran utang terhadap penerimaan bulanan adalah 1/3 atau 30% dari penghasilan bulanan suatu keluarga.

c.       Rasio Savings
Rasio ini menggambarkan besarnya penerimaan bulanan yang disisihkan untuk keperluan investasi di masa yang akan dating. Rasio ini diperoleh dengan membagi besarnya dana yang disisihkan untuk menabung dibagi dengan penerimaan bulanan. Semakin besar rasio saving ini maka semakin baik, karena dana yang disisihkan dari pendapatan tersebut dapat dipergunakan untuk investasi guna mencapai tujuan yang kita inginkan.
Dari kasus yanga da pada halaman 31-32 maka dapat dihitung besarnya rasio saving yakni: 110.000 / 3.700.000 = 2.97%.
Dari sini dapat diketahui bahwa besarnya dana yang disisihkan tiap bulannya ternyata memiliki persentase sangat kecil yakni kurang dari 10%. Untuk itu keluarga tersebut harus dapat melakukan penghematan sehingga rasio saving-nya dapat meningkat guna keperluan di masa yang akan datang.

d.  Common Size
Analisis menggunakan cara ini adalah dengan membuat persentase penerimaan dan pengeluaran sebagai basis, dan menghitung persentase dari masing-masing komponen penerimaan dan pengeluaran terhadap basis.
Dari kasus pada halaman 31-32, maka kita dapat melihat persentase masing-masing komponen penerimaan dan pengeluaran terhadap total penerimaan/pengeluaran.
Dari sisi penerimaan, maka dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah dari penerimaan gaji, sedangkan bonus dan lain-lain memiliki proporsi sebesar 8,1%. Dianjurkan keluarga tersebut dapat memperbesar penerimaan dari komponen lainnya seperti menulis naskah yang dimuat pada Koran ataupun majalah, atau membuat usaha kecil-kecil yang dapat memberikan pemasukan tambahan.
Dari sisi pengeluaran maka dapat dilakukan pengelompokkan pada masing-masing komponen, sehingga akan diperoleh pengelompokkan sebagai berikut:
o   Biaya makan harian                                =   16,7 %
o   Biaya kebutuhan rumah tangga             =   29,1 %
o   Biaya transportasi                                  =   15,6 %
o   Biaya keperluan anak                             =   14,0 %
o   Biaya gaji/jasa                                        =     9,7 %
o   Biaya pajak dan kewajiban tahunan      =     7,6 %
o   Pengeluaran variable                              =     7,3 %
o   Total                                                       = 100,0 %

Dari sini dapat terlihat bahwa komponen pengeluaran terbesar adalah pada kelompok kebutuhan rumah tangga yang mencapai 29,1%. Untuk dapat meningkatkan jumlah dana yang disisihkan untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan penghematan pada tiap kelompok pengeluaran, sebagai contoh adalah dengan melakukan penghematan penggunaan listrik dan telepon/Handphone.

Yang perlu menjadi catatan penting ketika seorang financial planner memberikan rekomendasi untuk penghematan maka diharapkan penghematan yang direkomendasikan tidak mengubah gaya hidup secara drastic. Sebagai contoh bila ada seorang yang senang melakukan acara entertainment dengan berkumpul bersama teman-temannya setiap minggu, maka seorang financial planner yang bijak tentunya tidak akan merekomendasikan untuk menghapus alokasi dana pada bidang entertainment. Adalah lebih baik bila rekomendasinya dalam bentuk mengurangi frekuensi pertemuan dengan teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar